Jumat, 29 Oktober 2010

KISAH KASIH SAYANG SAW DALAM KELUARGA : SERI 9

TIDAK MARAH DENGAN KEKHIILAFAN ISTRI

Assalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuh,

Setiap manusia tidak lepas dari suatu kekhilafan. Walaupun seseorang itu berhati-hati dalam tindakan pun, kadangkala berlaku juga kekhilafan.

Sehubungan dengan itulah, kita akan dapati islam meletakkan asas bahwa dimaafkan kepada mereka yang melakukan suatu kekhilafan.

Sabda Nabi SAW;

وضع الله عن امتى الخطاء والنسيان وما استكرهوا عليه

Maksudnya;
”Allah tidak mengambil salah dari umatku di kala mereka khilah, lupa dan dalam keadaan mereka dipaksa[1]”

Kekhilafan itu kadangkala dilakukan oleh istri. Kekhilafan yang kecil, tidak seharusnya dijadikan sebab utama untuk melahirkan pertengkaran antara suami istri. Lebih-lebih lagi membawa kepada perceraian.

Jika dilihat kepada Nabi SAW, kita akan dapati Nabi SAW tidak menjadikan perkara remeh sebagai penyebab untuk melahirkan masalah antara suami dan istri.

Keadaan ini dibuktikan dengan hadis riwayat Aisyah R.ha yang berkata;

كُنْتُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيتُ فِي الشِّعَارِ الْوَاحِدِ وَأَنَا حَائِضٌ طَامِثٌ فَإِنْ أَصَابَهُ مِنِّي شَيْءٌ غَسَلَ مَكَانَهُ وَلَمْ يَعْدُهُ ثُمَّ صَلَّى فِيهِ وَإِنْ أَصَابَ تَعْنِي ثَوْبَهُ مِنْهُ شَيْءٌ غَسَلَ مَكَانَهُ وَلَمْ يَعْدُهُ ثُمَّ صَلَّى فِيهِ

Maksudnya;
”Aku dan Rasulullah SAW tidur atas satu empat, sedangkan ketika itu aku sedang datang bulan. Darah haidku menetes terkena pada tempat itu, didapati Nabi SAW membasuh tempat tetesan tersebut, dan tidak memindahkan temmpat itu, kemudian baginda menunaikan solat di situ. Apabila darahku menetes terkena pakaian baginda, Baginda SAW sendiri membasuh tempat yang kena tetesan darah itu, dengan tidak mengalihkan tempat lain, kemudian menunaikan solat dengan pakaian itu[2]”

Dari hadis ini, kita akan dapati betapa lembutnya hati Nabi SAW dalam menghadapi kekhilafan istrinya yang tidak berhati-hati dengan tetesan darah haid, sehingga ditempat tidur dan juga pakaian Nabi pun terkena dengan tetesan darah itu. Didapati, Baginda SAW tidak bertindak memarahi istrinya atas kekhilafan tersebut.

Jika diperhatikan pada hadis ini, apalagi marah, bahkan nabi SAW sendiri bertindak membersihkan tetesan darah haid istrinya itu, walaupun jika dilihat kepada tafsiran oleh sekelompok masyarakat kita, itu dianggapnya sesuatu yang ”menjijikkan” atau tindakan orang yang ”takut istri”.

Tindakan Nabi SAW ini perlu dijadikan contoh dan teladan oleh para suami. Dia itu, hendaklah mengambil sikap memahami dan mengerti keadaan istri. Sebagai suami, dengan kekhilafan kecil sebegini tidak selayaknya dijadikan modal untuk memarahi istri atau menyingkap kalimat jijik di hadapan istri.

Jika keadaan ini mampu dilakukan oleh suami, pasti istri akan merasakan bahwa mereka disayangi suami mereka sendiri, dan sudah pasti perasaan cinta dan mesra kepada suaminya akan bertambah kuat.

Wassalaamu ‘alaikum warohmatullloohi wabarokaatuh,


[1] As-Sunan Al-Kubra : 7/387.
[2] Sunan Abi Daud : 235.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar