Rabu, 20 Oktober 2010

KISAH KASIH SAYANG NABI SAW DALAMN KELUARGA: SERI 7

SERING MEMBERI HADIAH

Hadiah merupakan pelunak hati. Hadiah juga merupakan tanda kesediaan seseorang itu berkasih sayang dengan seseorang. Apabila seseorang itu memberikan sesuatu hadiah, menyebabkan orang yang menerima hadiah akan merasa dihargai, menyebabkan kadangkala perasaan marah juga bisa terhapus.

Sabda Nabi SAW;

تهادوا تحابوا

Maksudnya;
”Berilah hadiah sesama kamu, pasti kamu akan berkasih sayang
[1]

Diceritakan bahwa semasa Imam Hasan Al-Banna sering menyampaikan kuliah agama. Dalam kuliah beliau itu, terdapat seorang Pak Cik tua yang sering mengemukakan persoalan-persoalan ”peka”. Soalan yang dikemukakan, bukan dengan tujuan ”mau tahu”, tetapi mau menjatuhkan kredibiliti Imam Hasan Al-Banna sebagai seorang tokoh gerakan Islam di Mesir.

Melihat tindakan Pak Cik tersebut, Imam Hasan Al-Banna berfikir tentang cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah yang sedang menimpa itu. akhirnya, Imam Hasan Al-Banna terfikir kepada hadis Nabi yang menyebut tentang hadiah, menyebabkan Imam Hasan Al-Banna telah membelikan satu hadiah dan diberikan kepada Pak Cik tersebut.

Akibat dari kejadian tersebut, menyebabkan Pak Cik itu sudah mula merasa malu dengan Imam Hasan Al-banna, dan selepas dari kejadian itu, Pak Cik tersebut tidak lagi mengemukakan persoalan-persoalan ”peka” seperti yang selalu dilakukan sebelum ini.

Dari kisah ini, jelas kepada kita bahwa hadiah merupakan faktor penting dalam menaikkan semangat sayang menyayangi antara manusia. Lebih lagi, dalam usaha hendak melahirkan kasih sayang antara suami dan istri.

Nabi SAW merupakan sebaik-baik contoh yang perlu dijadikan teauladan dalam kepengurusan rumah tangga ini. ini kerena, didapati baginda SAW juga sering memberikan hadiah kepada istrinya. Semuanya ini adalah bertujuan, untuk melahirkan perasaan kasih sayang antara suami dan istri.

Ini disandarkan kepada hadis daripada Ummu Kalsum yang bercerita;

لَمَّا تَزَوَّجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّ سَلَمَةَ قَالَ لَهَا إِنِّي قَدْ أَهْدَيْتُ إِلَى النَّجَاشِيِّ حُلَّةً وَأَوَاقِيَّ مِنْ مِسْكٍ وَلَا أَرَى النَّجَاشِيَّ إِلَّا قَدْ مَاتَ وَلَا أَرَى إِلَّا هَدِيَّتِي مَرْدُودَةً عَلَيَّ فَإِنْ رُدَّتْ عَلَيَّ فَهِيَ لَكِ قَالَ وَكَانَ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرُدَّتْ عَلَيْهِ هَدِيَّتُهُ فَأَعْطَى كُلَّ امْرَأَةٍ مِنْ نِسَائِهِ أُوقِيَّةَ مِسْكٍ وَأَعْطَى أُمَّ سَلَمَةَ بَقِيَّةَ الْمِسْكِ وَالْحُلَّةَ

Maksudnya;
“ketika Rasulullah baru menikah dengan Ummu Salamah, baginda berkata kepadanya, “sesungguhnya aku telah mengantar hadiah kepada An-Najasyi dengan pakaian berharga dan beberapa botol minyak wangi. Aku dapati bahawa An-najasyi sudah meninggal dunia, menyebabkan hadiah itu dikembalikan kepadaku. Sekiranya hadiah itu dipulangkan kepadaku, maka hadiah itu adalah milik kamu”. Berkata (Ummi Kalsum) dalam riwayat lain; seperti bersabda Rasulullah SAW; “Jika hadiah itu dikembalikan, hadiah itu akan diberikan kepada semua istri-istri baginda, dan baginda memberikan Ummu salamah minyak wangi yang berbaki dan pakaian bernilai itu
[2]

Hadis ini amat jelas menunjukkan kepada kita bahwa bagaimana Rasulullah SAW menaikkan semangat kasih sayang baginda terhadap istri-istri. Memberi hadiah menjadi rutin bagi Nabi SAW.

Oleh karena itu, bagi mereka yang sedang berada dalam krisis rumah tangga, perlu  mengambil pelajaran dari kisah Nabi ini sebagai panduan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Di samping itu juga, untuk mengeratkan kasih sayang antara dua suami istri, sewajarnya menjadikan pemberian hadiah antara pasangan sebagai sesuatu yang rutin.

Pemberian hadiah itu, tidak semestinya dari suami kepada istri, bahkan tidak ada salahnya jika istri yang memberikan hadiah kepada suami dalam mengeratkan hubungan kasih sayang dalam berumah tangga.

Begitu juga, bagi mereka yang berpoligami, kadang kala berlaku sedikit krisis antara istri-istri. Jadikan hadis ini sebagai panduan dalam mencari jalan penyelesaian. Mungkin suami memberikan hadiah kepada istri-istri masing-masing

Semuanya adalah bertujuan, untuk melahirkan keluarga yang bahagia, berasaskan kepada contoh teladan Nabi Muhammad SAW.

Sekian

[1] Al-Mukjam Al-Awsat : 7448.
[2] Musnad Ahmad : 26016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar