Senin, 18 Oktober 2010

KISAH KASIH SAYANG DAN CINTA NABI SAW DALAM KELUARGA : SERI 6

BERBARING DI ATAS RIBA ISTRI

Orang-orang jahiliyah terdahulu, memandang perempuan yang sedang haid itu menjijikkan sehingga mereka meletakkan undang-undang adat mereka yang meletakkan perempuan seperti barang buangan dan barang tak terpakai.

Apabila datang Nabi SAW, beliau menyuruh manusia kepada Islam yang memandang mulia kepada kaum perempuan, walaupun mereka secara fitrah mempunyai masalah bulanan, yaitu  datang bulan atau Haid dan Nifas.

Bahkan, dengan kehadiran Haid dan Nifas ini, tidak dijadikan oleh Nabi SAW sebagai peluang untuk tidak bermesra dengan istri-istrinya.

Ini dilihat kepada hadis riwayat Aisyah yang berkata;

لَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ رَأْسَهُ فِي حِجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ وَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ

Maksudnya;
”Sesungguhnya Rasulullah SAW sering meletakkan kepalanya di ribaku, sedangkan ketika itu aku sedang haid, dan Baginda pula membaca Al-Qur'an
[1]

Dari hadis ini, kita akan dapat melihat betapa Islam adalah agama yang cukup memuliakan kaum perempuan dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang jahiliyah terdahulu.

Kemuliaan ini dibuktikan dengan tindakan Nabi SAW yang bermesra dengan istrinya yang sedang haid, dengan meletakkan kepala beliau di riba istrinya yang sudah pasti haid itu berada  pada kemaluan yang berhampiran dengan riba tersebut. Ini ditambahi lagi dengan tindakan Nabi SAW membaca Al-Qur'an di kala kepala baginda SAW berada di riba istrinya.

Berdasarkan dari itulah, Imam An-Nawawi menyatakan bahwa hadis ini menjadi dalil kukuh bahwa tidak dilarang membaca Al-Qur'an dalam keadaan berbaring dan bersandar pada orang perempuan yang sedang haid, malahan itu juga menjadi dalil bahwa tidak menjadi kesalahan membaca Al-Quran berhampiran dengan najis
[2].

Tidak dinafikkan, perasaan cinta antara suami istri itu kadangkala menebal, dan kadangkala menipis, lebih-lebih lagi di waktu istri dalam keadaan tidak suci dikarenakan haid dan nifas. Oleh karena itu, demi hendak menghangatkan perasaan cinta antara suami istri, perlu mempunyai daya kreatif masing-masing dalam melahirkan perasaan cinta bergelora.

Dengan hadis ini, Nabi SAW seakan-akan mengajarkan kepada kita tentang antara tindakan yang perlu dilakukan demi hendak menghangatkan perasaan cinta itu.

Justru itu, sebagai suami, tidak seharusnya merasa malu untuk meletakkan kepala mereka di riba istrinya. Begitu juga, pihak istri pula tidak selayaknya merasa janggal dengan tindakan suaminya itu sehingga menganggap tindakan sebegitu seperti tindakan anak dengan ibunya yang mau bermanja.

Sesungguhnya bermanja antara suami istri merupakan ibadat di sisi Allah, yang melahirkan banyak kelebihan dari sudut keuntungan dunia, maupun keuntungan di akhirat.

Keuntungan di akhirat adalah dengan balasan pahala, dan keuntungan di dunia adalah dengan kemesraan dan kebahagiaan yang wujud dalam kehidupan berumah tangga.

Wallahu ’Alam



[1] Sunan Ibni Majah : 626.
[2] Aun Al-Ma’bud : 1/305.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar