Jumat, 24 Desember 2010

MESRA DAN MANJA DALAM PANGGILAN (2, habis)

Inilah kelanjutan yang sebelumnya,…

Assalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuh,


Bahkan jika diperhatikan kepada hadits lain, antara tindakan Nabi tempat Nabi SAW memanggil istri dengan panggilan manja, apabila baginda SAW ingin menegur istrinya yang melakukan kekhilafan.

Ini disandarkan kepada hadits;

كانت عائشة رضي الله عنها إذا غضبت عرك النبي صلى الله عليه وسلم بأنفها ، ثم يقول : « يا عويش ، قولي : اللهم رب محمد ، اغفر لي ذنبي ، وأذهب غيظ قلبي ، وأجرني من مضلات الفتن »

Maksudnya;
"ketika Aisyah sedang marah, nabi SAW memicit hidungnya, lalu berkata : ya 'Uwaisy, katakanlah; Ya Allah yang merupakan tuhan Muhammad. Ampunilah untuku dosaku. Dan hilangkan kekerasan hatiku, dan selamatkan aku daripada fitnah yang menyesat[2]"

Dari hadits ini, kita dapat melihat bagaimana bijaknya Nabi SAW dalam mengurus psikologi istrinya dalam menegur.

Apabila kita menegur kekhilafan istri, kadangkala melahirkan perasaan istri yang agak kurang menerima teguran. Perasaan itu timbul, akibatnya mereka dalam keadaan ego.

Justru, bagi melahirkan perasaan mereka boleh menerima teguran, psikologi yang digunakan Nabi SAW adalah memanggilnya dengan panggilan yang mempunyai unsur manja dan mesra. Ini karena, apabila unsur manja ini digunakan, pasti perasaan mau menolak teguran tidak akan berlaku.

Oleh karena itu, kepada para suami, jadikan hadits ini sebagai teladan dalam menghadapi ranjau dalam berumah tangga. Panggilan manja perlu dijadikan sesuatu yang berharga. Sesuatu yang berharga, tidak boleh digunakan selalu, karena nilainya akan lupus dari sudut perasaan hati.

Justru, jadikanlah panggilan manja ini sebagai alat untuk meleraikan masalah, dikala berlaku krisis dan sebagainya.

Adapun panggilan harian, perlu juga mempunyai unsur bermanja, seperti soerang lelaki yang mempunyai istri bernama Sabariyyah, maka dipanggilnya dengan "Yah" saja; hamidah, dipanggil dengan "Mida" saja; Hafiza, dipanggil dengan "Fiza" saja dan seterusnya.

Namun begitu, perlu ada juga "panggilan simpanan", dengan menyediakan panggilan yang lebih mesra dan manja berbanding panggilan mesra harian. Seperti "Wahai Sabariah Si kecil molek", "Wahai Mida si cantik manis", "Wahai Fiza si jantung hati" atau seumpama dengannya.

Itu bukan untuk digunakan harian, tetapi sebagai panggilan untuk memberi ruang kepada hati perempuan menilai cinta dikala menghadapi krisis.

Fikir-fikirkanlah wahai para suami….

Sekian, wassalaamu ’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh,

[1] Sab'ah majlis : 10
[2] 'Aml Al-Yaum wa Al-lailah : 454.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar