Rabu, 29 Desember 2010

MENCIUM ISTRI JADI RUTIN HARIAN (2)

Inilah kelanjutan pembahasan yang sebelumnya.

Assalaamu ’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh,

Bekenaan dengan, ada sebagian ulama fiqh menfatwakan mencium istri bagi orang berpuasa adalah makruh. Mereka menyandarkan kepada satu hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah R.Ha yang berkata;

أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجل ، فقال : أقبل في رمضان ؟ قال : « نعم » ثم أتاه آخر ، فقال : أقبل في رمضان ؟ قال : لا ، فقالت عائشة : يا نبي الله ، أذنت لذلك ، ومنعت هذا ؟ قال : « إن الذي أذنت له شيخ كبير يملك إربه ، والذي منعته رجل شاب لا يملك إربه ، فلذلك منعته

Maksudnya;
“Seorang lelaki datang berjumpa dengan Rasulullah SAW, berkata; “bolehkah aku cium istriku pada bulan Ramadhan?” Nabi berkata : “boleh”. Datang pula lelaki lain bertanya; “bolehkah aku cium istriku pada bulan Ramadhan?” nabi berkata : “tidak boleh”. Aisyah berkata: Wahai Nabi Allah, kamu izinkan yang ini, dan kamu mencegah yang itu? berkata Nabi : Yang Aku izinkan itu adalah seorang lelaki yang sudah tua. Pasti dia mampu menahan syahwatnya. Dan yang Aku cegah itu pula adalah adalah lelaki muda. Dia tidak mampu menahan syahwatnya, sebab itulah aku mencegahnya[2]”

Jelas dari hadits ini. Larangan dari Nabi agar tidak mencium istri dalam bulan ramadhan adalah dikala bimbang berlaku persetubuhan. Adapun jika tidak ada kebimbangan berlaku persetubuhan, maka mencium istri itu adalah ibadah, yang memberikan pahala kepada orang yang melakukannya.

Nah, teladan Nabi ini amat berguna untuk dijadikan panduan dalam mencipta kemesraan dan kebahagiaan dalam berumahtangga. Dengan mencium Istri, kebahagiaan, kemesraan dan keseronokkan dalam berumah tangga pasti akan wujud.

Jadikanlah mencium istri ini sebagai rutin harian. karena, disebalik tunjuk ajar nabi ini, pasti akan melahirkan sesuatu yang tidak terduga dalam melayari bahtera dalam usaha menuju ke Syurga Allah.

Sekian, wassalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuh,



[1] Sahih Muslim : 1860
[2] Amali Al-Muhamali : 105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar